Senin, 29 Desember 2014

FILSAFAT REALISME



      Latar belakang Filsafat Realisme
Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.
Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill
   Aliran realisme muncul dalam khasanah kesusastraan Inggris pada periode abad ke 19. Aliran ini semata-mata didasarkan pada pengamatan berdasarkan apa adanya atau berdasarkan kenyataan yang ada. Pada kurun waktu 1830 sampai 1880 dapatlah dikatakan sebagai Periode Realisme.  Aliran Realisme adalah aliran filsafat yangü memandang realitas sebagai dualitas. Aliran realisme memandang dunia ini mempunyai hakikat realitas yang terdiri dari dunia fisik dan dunia rohani. Ajaran realisme memperlihatkan bahwa realisme adalah sesuatu yamg riil atau sesuatu yang benar yang merupakan gambaran nyata di dunia realitas. Realisme membagi realistas menjadi dua bagian yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan yang kedua adanya realita di luar manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.

1. Definisi Realisme
Dengan memasuki abad ke-20,realisme muncul,khususnya di Inggris dan Amerika Utara. Real berarti yang aktual atau yang ada,kata tersebut menunjuk kepada benda‑benda atau kejadian-kejadian yang sungguhsungguh,artinya yang bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada,yakni bertentangan dengan yang tampak. Dalam arti umum, realisme berarti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkan atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realisme dipakai dalam arti yang lebih teknis

2.Jenis-jenis Realisme
  Realisme adalah suatu istilah yang meliputi bermacam-macam aliran filsafat yang mempunyai dasar-dasar yang sama. Sedikitnya ada tiga aliran dalam realisme modern. Pertama, kecenderungan kepada materialisme dalam bentuknya yang modern. Sebagai contoh, materialisme mekanik adalah realisme tetapi juga materialisme. Kedua, kecenderungan terhadap idealisme. Dasar eksistensi mungkin dianggap sebagai akal atau jiwa yang merupakan keseluruhan organik. James B. Pratt dalam bukunya yang berjudul Personal Realism mengemukakan bahwa bentuk realisme semacam itu, yakni suatu bentuk yang sulit dibedakan dari beberapa jenis realisme obyektif. Ketiga, terdapat kelompok realis yang menganggap bahwa realitas itu pluralistik dan terdiri atas bermacam-macam jenis; jiwa dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis lainnya. Apa yang kadang-kadang dinamakan realisme Platonik atau konseptual atau klasik adalah lebih dekat kepada idealisme modern dari pada realisme modern.
Aristoteles adalah lebih realis, dalam arti modern, dari pada gurunya, Plato. Aristoteles merupakan seorang filosuf pertama. Ia menciptakan cabang pengetahuan itu dengan menganalisis problem-problem tertentu yang timbul dalam hubungannya dengan penjelasan ilmiah. Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di Stagira, sebuah kota Thrace. Ayahnya meninggal tatkala ia masih muda. Ia diambil oleh Proxenus, dan orang ini memberikan pendidikan yang istimewa kepadanya. Tatkala Aristoteles berumur 18 tahun, ia dikirim ke Athena dan dimasukkan ke Akademia Plato. Ia mempunyai bakat mengatur cara berpikir serta merumuskan kaidah dan jenis-jenisnya yang kemudian menjadi dasar berpikir dalam banyak bidang ilmu pengetahuan. Ia tak pernah terjeblos dalam rawa-rawa mistik ataupun ekstrem. Ia senantiasa bersiteguh mengutarakan pendapat-pendapat praktis.
Perkembangan penting dalam filsafat dibantu oleh klasifikasi yang diusulkan oleh Aristoteles. Ia tertarik pada fakta yang spesifik dan juga yang umum(universal). Ia biasanya memulai dari gejala particular menuju konklusi universal. Jadi, induksi menuju generalisasi. Agak berbeda dengan Plato, ia sangat tertarik pada pengetahuan kealaman dalam filsafatnya, dan karena itu ia mementingkan observasi. Di dalam dunia filsafat Aristoteles terkenal sebagai bapak logika. Logikanya disebut logika tradisional karena nantinya berkembang dengan apa yang disebut logika modern. Logika Aristoteles itu juga sering disebut logika formal.
 Aristoteles juga mempelopori penyelidikan ihwal logika, memperkaya hampir setiap cabang falsafah, dan memberi sumbangsih tak terkira besarnya terhadap ilmu pengetahuan. Yang paling penting dari apa yang pernah dilakukan Aristoteles adalah pendekatan rasional yang senantiasa melandasi karyanya. Tercermin dalam tulisan-tulisan Aristoteles bahwa setiap segi kehidupan manusia atau masyarakat selalu terbuka untuk objek dan pemikiran. Filsafat Aristoteles berkembang ketika ia memimpin Lyceum. Ia berhasil membuat sejumlah karya, termasuk enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting.
   Pada Aristoteles kita menyaksikan bahwa pemikiran filsafat lebih maju, dasar-dasar sains diletakkan. Tuhan dicapai dengan akal, tetapi ia percaya pada tuhan. Bila orang-orang sufis banyak menganggap manusia tidak mampu memperoleh kebenaran, namun menurut Aristoteles, manusia dapat mencapai kebenaran. Bagi Aristoteles yang nyata bukan yang bersifat umum (universal ),namun yang bersifat khusus(particular). Hidup bagaimanpun juga berada dan bercampur dengan yang khusus itu (alam nyata,bunga mawar nyata,dst). Dan kita tak pernah menemukan yang umum (alam ide, mawar ide,dst). Jadi, yang ada adalah yang konkret; meja, bunga mawar, kupu-kupu, dan lainnya yang biasa dapat kita amati dengan indera. Diluar benda-banda konkret, atau selain benda-benda konkret itu tak isa disebut sebagai ada. Pengertian-pengertian umum hanya mengungkapkan apa yang dimiliki bersama oleh sekelompok benda. Pengertian umum itu hanya sebutan saja, bukan bendanya sendiri. Yang khusus itu (particular)dikaitkan dengan istilah substansi, yaitu benda yang dapat ada tanpa tergantung pada yang lain. “benda” semcam ini bukan hanya sekedar forma atau sebongkah bahan . Benda semacam ini justru gabungan antara bahan dan forma.
  Tokoh Modern Yang Menganut Aliran Realisme

 1. Francic Bacon (1561-1626)  Bacon meyakini “pengetahuan adalah kekuatan” dan itu melalui pengakuan pengetahuan yang kita bisa sesuaikan secara lebih efektif dengan masalah-masalah dan kekuatan yang menyerang disetiap sisi untuk mernyempurnakan hal-hal ini, dia menemukan apa yang dia sebut metode induktif.

 2. JHON LOCKE (1632-1704)  Pemikiran Locke mengantarkan kepada jenis pendidikan “kesopanan” yang dicatat kuat dalam pendidikan orang-orang Inggris. Seseorang mungkin berpendapat bahwa penolakan filosofi Locke bertengger diatas demokrasi, gagasangagasan edukatifnya mengatarkan mereka sendiri untuk menjadi seorang kaum atas (bangsawan)

Tokoh Yang Menganut Realisme Kontemporer 
1. Alfred North Whitehead (1861-1947)  Bagaiamanapun dia tidak mau menyerah dalam mendorong bahwa pendidikan diperhatikan dengan “gagasan” yang hidup, gagasan menghubungkan dengan pengalaman dari yang belajar (pelajar), ide yang berguna dan tepat pada wujud yang tersambung. Dia mengingatkan untuk menentang ide-ide yang lamban, sederhananya karena itu berasal dari masa lalu. Ini menunjukkan orientasi organisnya bahwa pendidikan harus menampakkan kita untuk memasuki aliran pada existensi, yaitu proses bentuk-bentuk pada realitas.
  FILSAFAT PENDIDIKAN MENURUT ALIRAN REALISME
   Realisme Rasional, memandang bahwa dunia materi adalah nyata dan berada di luar pikiran yang mengamatinya. Realisme rasional merupakan pandangan dari Knelle. 2. Realisme Klasik, berpandangan bahwa manusia sebenarnya memiliki ciri rasional. Dengan demikian manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Eksistensi Tuhan merupakan penyebab pertama dan utama realistas alam semesta. Memperhatikan intelektual adalah penting bukan saja sebagai tujuan melainkan sebagai alat untuk memecahkan masalah. Menurut realisme klasik pengalaman manusia penting bagi pendidikan.
  Pada hakikatnya, pendidikan mencakup kegiatan  mendidik, mengajar dan melatih. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk menstransformasi nilai-nilai yang dimaksud meliputi nilai-nilai religi, budaya sains dan teknologi, seni dan keterampilan. Namun, tanpa filsafat  pendidikan tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak tau apa yang harus dikerjakan (Wangsa Gandhi HW, Teguh. 2011: 67-72)
Menurut Brubacher (1959), terdapat tiga prinsip filsafat yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu: (1) persoalan etika atau teori nilai;
(2) persoalan epistemologi atau teori pengetahuan; dan
(3) persoalan metafisika atau teoni hakikat realitas
           Untuk menentukan tujuan pendidikan, memotivasi belajar, mengukur hasil, pendidikan akan berhubungan dengan tata nilai. Persoalan kuriikulum akan berkaitan dengan epistemologi. Pembahasan tentang hakikat realitas, pandangan tentang hakikat dunia dan hakikat manusia khususnya, diperlukan untuk menentukan tujuan akhir pendidikan.

Implikasi Filsafat Realisme dalam Pendidikan
Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran realisme adalah:
1.      Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah  kenyataan fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang terbentuk dari berbagai  kenyataan (pluralisme);
2.      Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir
3.      Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta;      dan
4.      Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.
             Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang.
Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.
Pendidikan dalam realisme memiliki keterkaitan erat  dengan pandangan John locke bahwa akan pikiran jiwa manusia tidak lain adalah tabula rasa, ruang kosong tak ubahnya kertas putih kemudian menerima impresi dari lingkungan. Oleh karena itu pendidikan  dipandang dibutuhkan  karena untuk membentuk  setiap individu agar  mereka menjadi sesuai  dengan apa yang dipandang baik. Dengan demikian, pendidikan dalam realisme kerap indentikkan sebagai upaya pelaksanaan psikologi behavioristik kedalam ruang pengajaran. (Wangsa Gandhi HW, Teguh. 2011: 143).
Behaviorisme dari kata behave yang berarti berperilaku dan isme berarti aliran. Behavorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas proposisi (gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah. Dalam melakukan penelitian, behavioris tidak mempelajari keadaan mental.
Jadi, karakteristik esensial dari pendekatan behaviorisme terhadap belajar adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian di lingkungan untuk memprediksi perilak seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun kejadian internal lain dalam diri  orangtersebut. Fokus behaviorisme adalah respons terhadap berbagai tipe stimulus. Para tokoh yang memberikan pengaruh kuat pada aliran ini adalah Ivan Pavlov dengan teorinya yang disebut classical conditioning, John B. Watson yang dijuluki behavioris S-R (Stimulus-Respons), Edward Thorndike (dengan teorinya Law of Efect), dan B.F. Skinner dengan teorinya yang disebut operant conditioning.
Dalam kaitannya dengan hakikat nilai, realisme menyatakan bahwa standar tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebijaksanaan yang telah teruji dalam kehidupan Pendidikan dalam pandangan realisme adalah proses perkembangan intelegensi, daya kraetif dan sosial individu yang mendorong pada terciptanya kesejahteraan umum. Pendidikan yang berdasarkan realisme konsisten dengan teori belajar S-R. Dengan demikian pendidikan juga dapat diartikan sebagai upaya pembentukan tingkah laku oleh lingkungan
Menurut alairan realisme  murid adalah yang mengalami inferiorisasi  berlebih sebab dia dipandang sama sekali tidak mengetahui apapun  kecuali apa-apa yang telah pendidikan berikan. Disini dalam pengajaran  setiap siswa akan subjek tidik tak berbeda dengan robot, ia mesti tunduk dan patuh setunduk-tunduknya untuk diprogram dan mengerti  materi-materi yang telah  di tetapkan sedemikian rupa.
Pada ujung pendidikan, realisme memiliki proyeksi  ketika manusia akan dibentuk  untuk hidup dalam nilai-nilai yang telah menjadi common sense  sehingga mereka mampu beradaptasi  dengan lingkungan-lingkungan yang ada. Sisi buruk model pendidikan dalam hal ini  cenderung banyak dikendalaikan.
Corak lain pendidikan realisme adalah tekanan-tekanan hidup yang terarah dalam pengaturan-pengaturan serta keteraturan yang bersifat mekanistik. Meskipun tidak semua pengaturan  yang bersifat mekanistik buruk, apa yang diterapkan oleh realisme  dalam ruang pendidikan  melahirkan berbagai hal kemudian menuai banyak kecaman sebab dinilai telah menjadi penyebab dehumanisasi (Wangsa Gandhi HW, Teguh. 2011: 143-144).
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut:
(1) Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial;
(2) Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis;
(3) Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan;
(4) Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin,  peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik;
(5) Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.

Kesimpulan
Pada hakikatnya, pendidikan mencakup kegiatan  mendidik, mengajar dan melatih. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk menstransformasi nilai-nilai yang dimaksud meliputi nilai-nilai religi, budaya sains dan teknologi, seni dan keterampilan. Namun, tanpa filsafat  pendidikan tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak tau apa yang harus dikerjakan.
Pendidikan dalam realisme memiliki keterkaitan erat  dengan pandangan John locke bahwa akan pikiran jiwa manusia tidak lain adalah tabula rasa, ruang kosong tak ubahnya kertas putih kemudian menerima impresi dari lingkungan. Oleh karena itu pendidikan  dipandang dibutuhkan  karena untuk membentuk  setiap individu agar  mereka menjadi sesuai  dengan apa yang dipandang baik. Dengan demikian, pendidikan dalam realisme kerap indentikkan sebagai upaya pelaksanaan psikologi behavioristik kedalam ruang pengajaran.
Tujuan pendidikan : penyesuaian hidup dan tanggung jawab social.  Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis;. Metode: Stimulua-Respon adalah metode pokok yang digunakan;. Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin,  peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik; dan Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.

1 komentar: