Rabu, 17 Desember 2014

PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA MENURUT PANDANGAN FILSAFAT REALISME



PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA MENURUT PANDANGAN FILSAFAT REALISME

    Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada  tiga term yaitu:
a.      Al tarbiyah, penggunaan istilah ini berasala dari kata Rabb walaupun kata ini memiliki banyak arti akan tetapi pengertian dasarnya menunjukan kata tumbuh, berkembang, memelihara, merawat,  mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya. Kata ini paling banyak digunakan dibandingkan dengan istilah lainnya.
b.      Al-Ta’lim, kata ini telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal dibandingkan dengan istilah al-tarbiyah maupun al-ta’dib, Rasyid Ridha, mengartika al Ta’lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan  pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.
c.       Al-Ta’dib, menurut al-Attas, istilah  yang paling tepat untuk menunjukan pendidikan islam adalah al-Ta’dib, kata ini berarti pengenalalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kedalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.
Terlepas dari keempat  istilah di atas, secara terminologi, para ahli pendidikan Islam telah mencoba memformulasikan pengertian pendidikan Islam diantaranya adalah Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam.
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama (kepribadian muslim) menurut ukuran-ukuran Islam. Sedangkan menurut Rahman Nahlawi: “Pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan masyarakat sehingga dapat memeluk islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.
Sedangkan menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung, Pendidikan Islam ialah pendidikan yang memiliki 4 macam fungsi yaitu:
a.       Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan dating. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup (survival) masyarakat sendiri.
b.      Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.
c.       Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk emelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan (integrity) dan kesatuan (integration) suatu masyarakat tidak akan terpelihara, yang akhirnya akan berkesudahan dengan kehancuran masyarakat itu sendiri.
Adapun nilai-nilai yang dipindahkan ialah nilai-nilai yang diambil dari 5 sumber yaitu: al-Qur’an, Sunah Nabi. Qiyas, kemaslahatan umum dan kesepakatan atau ijma’ ulama-ulama serta nilai-nilai pikir Islam yang dianggap sesuai dengan sumber dasar yaitu al-Qur’an dan Sunah Nabi.
d.      Mendidik anak agar dapat beramal didunia ini untuk memetik hasilnya di akhirat.[1][4]
Dari batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.
  Epistemologi
Ilmu pendidikan Islam mempunyai ruang lingkup sangat luas, karena didalamnya penuh dengan segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat baik langsung ataupun tidak langsung.
Objek ilmu pendidikan Islam ialah situasi pendidikan yang terdapat pada dunia pengalaman. Di antara objek atau segi ilmu pendidikan Islam dalam situasi pendidikan Islam ialah:
1.      Perbuatan mendidik itu sendiri.
Yang dimaksud dengan perbuatan mendidik di sini ialah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidik sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didik. Atau dengan istilah yang lain yaitu, sikap atau tindakan menuntun, membimbing, memberikan pertolongan dari seseorang pndidik kepada anak didik untuk menuju ke tujuan pendidikan Islam. Dalam perbuatan mendidik ini sering disebut dengan istilah tahdzib atau ta’lim.
2.      Anak didik yaitu pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadaka atau dilakukan hanyalah untuk membawa anak didik kea rah tujuan pendidikan islam yang kita cita-citakan. Dalam pendidikan Islam anak didik ini sering isebut dengan istilah yang bermacam-macam, antara lain: santri, thalib, muta’alim, muhazab, tilmiz.
3.      Dasar dan tujuan pendidikan Islam yaitu landasan yang menjadi fondamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan islam itu dilakukan. Maksudnya, pelaksanaan pendidikan Islam harus berlandaskan atau bersumber dari dasar tersebut. Dalam hal ini dasar atau sumber pendidikan Islam ialah Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sedangkan tujuan pendidikan Islam yaitu arah kemana anak didik ini akan dibawa. Secara ringka, tujuan pendidikan Islam yaitu ingin membentuk anak didik menjadi manusia (dewasa) muslim yang takwa kepada Allah SWT atau secara ringkas, kepribadian muslim.
4.      Pendidik yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan Islam, dan pendidk ini mempunyai peranan penting terhadap berlangsungnya pendidikan. Baik atau buruknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam, pendidik sering disebut mu’allim, muhazib, ustaz, kiai, dan sebagainya. Di sampinng itu ada pula yang menyebutnya dengan istilah mursyid, artinya yang member petunjuk, karena mereka memang memberikan petunjuk-petunjuk kepad anak didiknya.
5.      Materi pendidikan Islam yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim tetapi logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik. Dalam pendidikan Islam materi pendidikan ini sering disebut dengan istilah maddatuttarbiyah.
6.      Metode pendidikan Islam ialah cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidik untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik. Metode di sini mengemukakan bagaiman mengolah, menyusun dan menyajikan materi pendidikan Islam agar materi pendidikan islam tersebut dapat dnegan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik. Dalam pendidikan Ilsma metode pendidkan ini disebut dengan istilah tariqatuttarbiya atau tariqatuttahzib.
7.      Evaluasi pendidikan yaitu memuat cara-cara bagaiman mengadakan evaluasi/ penilaian terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidikan Islam umumnya tidak dapat dicapai sekaligus, melainkan melalui proses atau tahapan tertentu. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pendidikan Islam seringkali dilakukan evaluasi/penilaian pada tahap atau fase dari pendidikan Islam tersebut. Apabila tujuan pada tahap atau fase ini telah tercapai kemudian dapat dilanjutkan dengan pelaksanaan pendidikan tahap berikutnya, dan berakhir pada kepribadian musli.
8.      Alat-alat pendidikan Islam yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam, agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.
9.      Lingkuangan sekitar atau milieu  pendidikan Islam yang dimaksud, ialah keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam.[2][7]
Dari uraian tersebut dapat disimpulakan, bahwa ruang llingkup ilmu pendidikan islam sebab menyangkut berbagai aspek yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan Islam.


  Pada hakikatnya, pendidikan mencakup kegiatan  mendidik, mengajar dan melatih. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk menstransformasi nilai-nilai yang dimaksud meliputi nilai-nilai religi, budaya sains dan teknologi, seni dan keterampilan. Namun, tanpa filsafat  pendidikan tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak tau apa yang harus dikerjakan (Wangsa Gandhi HW, Teguh. 2011: 67-72)
Menurut Brubacher (1959), terdapat tiga prinsip filsafat yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu: (1) persoalan etika atau teori nilai;
(2) persoalan epistemologi atau teori pengetahuan; dan
(3) persoalan metafisika atau teoni hakikat realitas
           Untuk menentukan tujuan pendidikan, memotivasi belajar, mengukur hasil, pendidikan akan berhubungan dengan tata nilai. Persoalan kuriikulum akan berkaitan dengan epistemologi. Pembahasan tentang hakikat realitas, pandangan tentang hakikat dunia dan hakikat manusia khususnya, diperlukan untuk menentukan tujuan akhir pendidikan.
           Realisme Rasional, memandang bahwa dunia materi adalah nyata dan berada di luar pikiran yang mengamatinya. Realisme rasional merupakan pandangan dari Knelle. Realisme Klasik, berpandangan bahwa manusia sebenarnya memiliki ciri rasional. Dengan demikian manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Eksistensi Tuhan merupakan penyebab pertama dan utama realistas alam semesta. Memperhatikan intelektual adalah penting bukan saja sebagai tujuan melainkan sebagai alat untuk memecahkan masalah. Menurut realisme klasik pengalaman manusia penting bagi pendidikan


Implikasi Filsafat Realisme dalam Pendidikan
Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran realisme adalah:
1.      Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah  kenyataan fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang terbentuk dari berbagai  kenyataan (pluralisme);
2.      Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir
3.      Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta;      dan
4.      Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.
             Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang.
Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.
Pendidikan dalam realisme memiliki keterkaitan erat  dengan pandangan John locke bahwa akan pikiran jiwa manusia tidak lain adalah tabula rasa, ruang kosong tak ubahnya kertas putih kemudian menerima impresi dari lingkungan. Oleh karena itu pendidikan  dipandang dibutuhkan  karena untuk membentuk  setiap individu agar  mereka menjadi sesuai  dengan apa yang dipandang baik. Dengan demikian, pendidikan dalam realisme kerap indentikkan sebagai upaya pelaksanaan psikologi behavioristik kedalam ruang pengajaran. (Wangsa Gandhi HW, Teguh. 2011: 143).
Behaviorisme dari kata behave yang berarti berperilaku dan isme berarti aliran. Behavorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas proposisi (gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah. Dalam melakukan penelitian, behavioris tidak mempelajari keadaan mental.
Jadi, karakteristik esensial dari pendekatan behaviorisme terhadap belajar adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian di lingkungan untuk memprediksi perilak seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun kejadian internal lain dalam diri  orangtersebut. Fokus behaviorisme adalah respons terhadap berbagai tipe stimulus. Para tokoh yang memberikan pengaruh kuat pada aliran ini adalah Ivan Pavlov dengan teorinya yang disebut classical conditioning, John B. Watson yang dijuluki behavioris S-R (Stimulus-Respons), Edward Thorndike (dengan teorinya Law of Efect), dan B.F. Skinner dengan teorinya yang disebut operant conditioning.
Dalam kaitannya dengan hakikat nilai, realisme menyatakan bahwa standar tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebijaksanaan yang telah teruji dalam kehidupan Pendidikan dalam pandangan realisme adalah proses perkembangan intelegensi, daya kraetif dan sosial individu yang mendorong pada terciptanya kesejahteraan umum. Pendidikan yang berdasarkan realisme konsisten dengan teori belajar S-R. Dengan demikian pendidikan juga dapat diartikan sebagai upaya pembentukan tingkah laku oleh lingkungan
Menurut alairan realisme  murid adalah yang mengalami inferiorisasi  berlebih sebab dia dipandang sama sekali tidak mengetahui apapun  kecuali apa-apa yang telah pendidikan berikan. Disini dalam pengajaran  setiap siswa akan subjek tidik tak berbeda dengan robot, ia mesti tunduk dan patuh setunduk-tunduknya untuk diprogram dan mengerti  materi-materi yang telah  di tetapkan sedemikian rupa.
Pada ujung pendidikan, realisme memiliki proyeksi  ketika manusia akan dibentuk  untuk hidup dalam nilai-nilai yang telah menjadi common sense  sehingga mereka mampu beradaptasi  dengan lingkungan-lingkungan yang ada. Sisi buruk model pendidikan dalam hal ini  cenderung banyak dikendalaikan.
Corak lain pendidikan realisme adalah tekanan-tekanan hidup yang terarah dalam pengaturan-pengaturan serta keteraturan yang bersifat mekanistik. Meskipun tidak semua pengaturan  yang bersifat mekanistik buruk, apa yang diterapkan oleh realisme  dalam ruang pendidikan  melahirkan berbagai hal kemudian menuai banyak kecaman sebab dinilai telah menjadi penyebab dehumanisasi (Wangsa Gandhi HW, Teguh. 2011: 143-144).
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut:
(1) Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial;
(2) Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis;
(3) Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan;
(4) Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin,  peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik;
(5) Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.











Kesimpulan
Pada hakikatnya, pendidikan mencakup kegiatan  mendidik, mengajar dan melatih. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk menstransformasi nilai-nilai yang dimaksud meliputi nilai-nilai religi, budaya sains dan teknologi, seni dan keterampilan. Namun, tanpa filsafat  pendidikan tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak tau apa yang harus dikerjakan.
Pendidikan dalam realisme memiliki keterkaitan erat  dengan pandangan John locke bahwa akan pikiran jiwa manusia tidak lain adalah tabula rasa, ruang kosong tak ubahnya kertas putih kemudian menerima impresi dari lingkungan. Oleh karena itu pendidikan  dipandang dibutuhkan  karena untuk membentuk  setiap individu agar  mereka menjadi sesuai  dengan apa yang dipandang baik. Dengan demikian, pendidikan dalam realisme kerap indentikkan sebagai upaya pelaksanaan psikologi behavioristik kedalam ruang pengajaran.
Tujuan pendidikan : penyesuaian hidup dan tanggung jawab social.  Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis;. Metode: Stimulua-Respon adalah metode pokok yang digunakan;. Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin,  peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik; dan Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.
















 
Realisme Rasional, memandang bahwa dunia materi adalah nyata dan berada di luar pikiran yang mengamatinya. Realisme rasional merupakan pandangan dari Knelle. Realisme Klasik, berpandangan bahwa manusia sebenarnya memiliki ciri rasional. Dengan demikian manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Eksistensi Tuhan merupakan penyebab pertama dan utama realistas alam semesta. Memperhatikan intelektual adalah penting bukan saja sebagai tujuan melainkan sebagai alat untuk memecahkan masalah. Menurut realisme klasik pengalaman manusia penting bagi pendidikan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar